KUDUSNEWS.COM,
Kudus - Banyak cara yang bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan, memperkenalkan,
atau menjual sebuah produk. Termasuk untuk memberikan informasi secara luas
tentang potensi sebuah daerah dengan segala macam ragam dan budaya
masyarakatnya. Salah satunya adalah melalui media film dokumenter. Di Kudus,
lomba pembuatan film dokumenter yang untuk kali pertama digelar. Malam
penganugerahan pemenang dilangsungkan di Majesty Ball Room Griptha Hotel,
Kudus, Jumat (5/12).
Lomba yang
bertujuan untuk menggali potensi masyarakat Kudus dan menyajikannya secara apik
dalam media audio visual ini terbagi menjadi empat kriteria. Di antaranya aspek
kehidupan, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek budaya. Sebanyak 60 peserta
yang mengirimkan karyanya dari total pendaftar sebanyak 82 peserta. Ini
merupakan jumlah yang cukup banyak untuk ajang setingkat kabupaten. Bahkan
panitia menyediakan hadiah total sebesar Rp. 250 juta.
Bupati Kudus H.
Musthofa memberikan apresiasi positif terhadap lomba ini. Dirinya secara
pribadi menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta dan panitia
penyelenggara yang mengadakan ajang ini secara baik. Potensi masyarakat Kudus
akan lebih dikenal dan terangkat dengan kompetisi ini. Apalagi untuk menghadapi
masyarakat ekonomi asean (MEA), Kudus harus siap untuk menghadapinya.
”Festival Film
Dokumenter ini akan mendukung potensi ekonomi masyarakat dengan sebuah
marketing kreatif,” kata Bupati di hadapan seluruh peserta, panitia, serta
masyarakat dan jajaran pejabat di Kudus yang hadir malam itu.
Yang
disampaikan bupati sangat pas dengan berbagai upaya yang telah dilakukan Pemkab
Kudus. Pameran yang baru saja digelar dengan tajuk Kudus Expo telah
memperkenalkan secara luas potensi masyarakat Kudus. Baginya itu akan lebih
komplit jika tersaji dalam sebuah film dokumenter selain memperkenalkan Kudus
melalui media massa.
Selain itu,
bupati juga mengharapkan kreativitas masyarakat Kudus (dan sekitarnya) akan
lebih terpacu untuk menyajikan sebuah dokumentasi film dengan lebih bagus.
Banyaknya peserta (bahkan banyak yang dari luar Kudus) membuktikan bahwa Kudus
ini kaya dengan ragam potensinya dan menarik untuk diangkat dan disajikan.
”Harapannya
tentunya ketika melihat film ini, orang akan tahu di Kudus ada apa saja. Dan
lebih jauh, untuk mengangkat Kudus untuk Indonesia menuju dunia,” harapnya.
Lebih lanjut
bupati mengatakan lomba semacam ini akan terus digelar di tahun-tahun
mendatang. Karena motivasi, semangat, dan kreativitas masyarakat akan lebih
tergali secara kompetitif. Dan muara akhirnya semuanya untuk masyarakat. Karena
pemkab dan DPRD telah mendukung bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui fim dokumenter.
Penyihir Bambu Tampil sebagai Juara
Karya Farizal
Pamuji asal Wonosobo dengan judul ”Penyihir Bambu” mampu tampil sebagai yang
terbaik dalam ajang Festival Film Dokumenter Kudus 2014 ini. Dirinya mengangkat
potensi usaha mikro, kecil, dan menengah di Kudus yang digeluti Ngatmin.
Seorang pria asal Desa Japan, Dawe dengan kreativitasnya mampu membuat biola
dengan bahan yang belum pernah ada sebelumnya, bambu.
Di dalam film
itu disajikan sepak terjang Ngatmin sebelum akhirnya mampu menyulap bambu
menjadi biola. Berbekal kemampuannya sebagai tukang kayu di Jepara, dirinya
mencoba tantangan baru membuat biola. Setelah berhasil membuat biola dengan
bahan kayu, dirinya tertantang untuk membuat yang berbeda. Dan dipilihlah bambu
sebagai bahan bakunya, karena mudah didapatkan.
Kesuksesannya
tak lepas dari dukungan Pemkab Kudus melalui Dinas Perindustrian, Koperasi, dan
UMKM. Dengan pembinaan yang diberikan Pemkab, Ngatmin lebih terarah dan tergali
potensinya. Bupati Kudus pun memberikan apresiasi akan kreativitas Ngatmin ini.
Dan dirinya mengharapkan Ngatmin ini mampu memberikan inspirasi bagi pelaku
UMKM di Kudus yang lain.
Sementara itu,
dewan juri yang terdiri dari IGP Wiranegara, Bambang Hengky, dan Haryanto
Corach mengaku kesulitan untuk memilih yang terbaik dari semua karya yang
masuk. Semuanya bagus, meski ada beberapa yang secara teknis kurang maksimal
dalam tata suara. Namun demikian mereka dengan seksama memberikan penilaian
terhadap semua film yang ada. Akhirnya ’penyihir bambu’ inilah yang terbaik
dari semua yang ada.(cis/red)
0 comments:
Post a Comment